salju

Minggu, 10 Juni 2012

Anatomi Fisiologi II


Ginjal Dalam Pengaturan pH
            Tubuh umumnya mengkonsumsi lebih banyak makanan penghasil-asam daripada penghasil-basa, dan tidak saja harus menyesuaikan pH, namun harus pula mengekskresi ion hidrogen. Tugas ini terlaksana di tubuli ginjal, tempat ion hidrogem dan ammonium disekresi ke dalam urine.
            Bila sebuah hidrogen disekresi ke dalam urine tubuler, serentak ditularkan dengan sebuah ion natrium. Pertukaran ion hidrogen dengan ion natrium ini penting karena: (1) pertukaran ini menghasilkan kelebihan ion H, dan dengan demikian ikut mempertahankan kadar pH darah dan cairan eksternal, (2) mempertahankan natrium, (3) ia mempertahankan padanan ion, dan (4) membentuk natrium bikarbonat untuk buffer.
            Cara lain mengekskresi ion H ialah dengan memakai basa amonia (NH3) sebagai vehikel penerimaan ion H dan NH4, urine biasanya memiliki konsentrasi ion H lebih tinggi (pH lebih rendah) daripada darah. Bila pH darah sekitar 7,4 pH urine itu 6,0 atau mengatur pH adalah dengan memanfaatkan buffer fosfat. Gbr. 1.3 menggambarkan bagaimana sistem ini berfungsi dalam proses keseimbangan asam-basa jangka panjang secara menyeluruh.

Kasus Yang Perlu Diperhatikan
            Kondisi yang memudahkan terjadinya gangguan keseimbangan asam-basa adalah diare, muntuh, penyakit jantung atau ginjal, luka bakar, gangguan hormonal (diabetes mellitus), penyakit paru, dan sirosis hati. Intervensi yang memudahkan terjadinya gangguan keseimbangan asam-basa adalah penghisapan gastrointestinal, tindakan bedah, terapi dengan diuretika, terapi IV, dan diet rendah garam.

Gangguan Keseimbangan Ion H
            Keseimbangan ion H tergantung fungsi ginjal, paru dan agens buffer (termasuk konsentrasi protein serum dan hemoglobin normal). Gangguan keseimbangan ion H ini ada dua jenisnya, asidosis dan alkalosis. Asidosis adalah keadaan dengan konsentrasi ion H darah naik di atas normal atau konsentrasi HCO3- turun di bawah normal. Alkalosis adalah keadaan dengan konsentrasi ion H darah menurun di bawah normal atau konsentrasi HCO3- naik di atas normal. Jika kegagalan terjadi pada sistem paru, keadaan itu disebut asidosis atau alkalosis respiratori. Pada asidosis respiratori, jumlah ion H naik karena individu yang mengalami kurang mengeluarkan CO2.
(H2O + CO2 < = = = = > H2CO < = = = = > H+ + HCO3)
            Pada alkalosis respiratori, individu yang mengalami cepat mengeluarkan CO2 + H2O dan berlebihan. Jika kegagalan terjadi pada ginjal, keadaan itu disebut asidosis atau alkalosis metabolik. Pada asidosis metabolik, ion H tertahan atau diproduksi berlebihan dalam cairan tubuh atau banyak HCO3- tertampung di cairan ekstrasel.




Tabel 1.1. Catatan mengenai gangguan keseimbangan H+
·         Manifestasi utama gangguan keseimbangan H+ disebabkan gangguan dalam SSP.
·         Pada asidosis respiratorik atau metabolik, masalah utama adalah depresi SSP, berakibat turunnya kesadaran, delirium, koma, kadang-kadang meninggal.
·         Pada alkalosis respiratorik atau metabolik, masalah utama adalah rangsangan atau eksitasi SSP, berakibat kegelisahan, pusing/pening, sinkope, dan kejang. Jarang sampai meninggal.
           
         Berat ringannya gejala sebagian besar tergantung pada sudah berapa lama mengalami gangguan ini, besarnya deviasi H+ atu HCO3, dan seberapa efisiennjal dan paru mengadakan kompetisi.

Mendiagnosis Gangguan Keseimbangan H+
            Ada tiga alasan mengapa gangguan ini sering sukar didiagnosis. (1) Gangguan ini jarang timbul secara spontan. Hampir selalu ada kondisi yang mendasarinya seperti adanya penyakit diabetes mellitus atau emfisema, yang harus diketahui dahulu sebelum adakan intervensi terhadap gangguan itu. (2) Manifestasi gangguan keseimbangan, primer sering tertutup oleh manifestasi kompensasinya. Misalnya seorang yang bernapas cepat karena gelisah dapat menimbulkan alkalosis respiratorik. Sebaliknya seorang bernapas cepat sebagai akibat asidosis metabolik. Dalam hal terakhir ini hiperventilasi berfungsi sebagai reaksi kompensasi terhadap bertambahnya asam metabolik di dalam tubuh. (3) Manifestasinya mungkin minimal atau tidak ada untuk waktu lama saat mekanisme kompensasinya masih berfungsi mencukupi.

Mekanisme Pertahanan Terhadap gangguan keseimbangan H+
            Apa saja garis pertahan utama terhadap gangguan ini? Sistem buffer (sistem HCO3 – H2CO3, buffer protein, buffer fosfat). Sistem pernapasan, paru mengeluarkan H2CO dalam bentuk CO2 dan H2O. Sistem pernapasan dapat mengeluarkan lebih banyak H2CO3 dari tubuh dengan bernapas lebih cepat dan dalam. Sebaliknya, H2CO3 ditahan di dalam tubuh dengan memperlambat pernapasan. Sistem ginjal 1, karena tidak mudah mendiagnosis gangguan asam basa, maka anda harus berpegangan pada hasil laboratorium berikut ini : a. pH darah, untuk mengetahui apakah ada gangguan keseimbangan H+. Hasil yang diketahui hanya ada tidaknya asidosis atau alkalosis, tidak dapat menunjukkan jenis respiratori atau metabolik. pH darah normal adalah antara 7,35 dan 7,45. pH > 3,45 berarti alkalosis. pH < 7,35 berarti asidosis. Perhatikan bahwa pH itu normal bila kompensasi sempurna. b.PCO2, tekanan CO2 normal (darah arteri) adalah 35-38 mmHg. PCO2 darah vena adalah 42-50 mmHg. Pco2 meningkat pada alkalosis metabolik dan menurun pada asidosis metabolik.

Tabel 1.2. Parameter darah pada ketidakseimbangan asam-basa

Ketidakseimbangan H+
Parameter Darah
pH
PCO2
Kandungan CO2
Asidosis metabolik tidak terkompensasi
Asidosis metabolik terkompensasi parsial   
Alkalosis metabolik tidak terkompensasi
Alkalosis metabolik terkompensasi parsial
Asidosis respiratorik tidak terkompensasi
Asidosis respatorik terkompensasi parsial
Alkalosis respiratorik tidak terkompensasi
Alkalosis respiratorik terkompensasi parsial


Normal
Normal
Normal
Normal

Tidak ada komentar:

Posting Komentar