Ginjal
Dalam Pengaturan pH
Tubuh
umumnya mengkonsumsi lebih banyak makanan penghasil-asam daripada
penghasil-basa, dan tidak saja harus menyesuaikan pH, namun harus pula
mengekskresi ion hidrogen. Tugas ini terlaksana di tubuli ginjal, tempat ion
hidrogem dan ammonium disekresi ke dalam urine.
Bila sebuah hidrogen disekresi ke
dalam urine tubuler, serentak ditularkan dengan sebuah ion natrium. Pertukaran
ion hidrogen dengan ion natrium ini penting karena: (1) pertukaran ini
menghasilkan kelebihan ion H, dan dengan demikian ikut mempertahankan kadar pH
darah dan cairan eksternal, (2) mempertahankan natrium, (3) ia mempertahankan
padanan ion, dan (4) membentuk natrium bikarbonat untuk buffer.
Cara lain mengekskresi ion H ialah
dengan memakai basa amonia (NH3) sebagai vehikel penerimaan ion H
dan NH4, urine biasanya memiliki konsentrasi ion H lebih tinggi (pH
lebih rendah) daripada darah. Bila pH darah sekitar 7,4 pH urine itu 6,0 atau
mengatur pH adalah dengan memanfaatkan buffer fosfat. Gbr. 1.3 menggambarkan
bagaimana sistem ini berfungsi dalam proses keseimbangan asam-basa jangka
panjang secara menyeluruh.
Kasus
Yang Perlu Diperhatikan
Kondisi yang memudahkan terjadinya
gangguan keseimbangan asam-basa adalah diare, muntuh, penyakit jantung atau
ginjal, luka bakar, gangguan hormonal (diabetes mellitus), penyakit paru, dan
sirosis hati. Intervensi yang memudahkan terjadinya gangguan keseimbangan
asam-basa adalah penghisapan gastrointestinal, tindakan bedah, terapi dengan
diuretika, terapi IV, dan diet rendah garam.
Gangguan
Keseimbangan Ion H
Keseimbangan ion H tergantung fungsi
ginjal, paru dan agens buffer (termasuk konsentrasi protein serum dan
hemoglobin normal). Gangguan keseimbangan ion H ini ada dua jenisnya, asidosis dan alkalosis. Asidosis adalah keadaan dengan konsentrasi ion H darah
naik di atas normal atau konsentrasi HCO3- turun di bawah
normal. Alkalosis adalah keadaan
dengan konsentrasi ion H darah menurun di bawah normal atau konsentrasi HCO3-
naik di atas normal. Jika kegagalan terjadi pada sistem paru, keadaan itu
disebut asidosis atau alkalosis respiratori. Pada asidosis
respiratori, jumlah ion H naik karena individu yang mengalami kurang
mengeluarkan CO2.
(H2O
+ CO2 < = = = = > H2CO3 < = = = =
> H+ + HCO3)
Pada alkalosis respiratori, individu
yang mengalami cepat mengeluarkan CO2 + H2O dan
berlebihan. Jika kegagalan terjadi pada ginjal, keadaan itu disebut asidosis
atau alkalosis metabolik. Pada asidosis
metabolik,
ion H tertahan atau diproduksi berlebihan dalam cairan tubuh atau banyak HCO3-
tertampung di cairan ekstrasel.
Tabel 1.1. Catatan mengenai
gangguan keseimbangan H+
|
·
Manifestasi
utama gangguan keseimbangan H+ disebabkan gangguan dalam SSP.
·
Pada
asidosis respiratorik atau metabolik, masalah utama adalah depresi SSP, berakibat turunnya kesadaran,
delirium, koma, kadang-kadang meninggal.
·
Pada
alkalosis respiratorik atau metabolik, masalah utama adalah rangsangan atau eksitasi SSP, berakibat
kegelisahan, pusing/pening, sinkope, dan kejang. Jarang sampai meninggal.
|
Berat ringannya gejala sebagian besar tergantung
pada sudah berapa lama mengalami gangguan ini, besarnya deviasi H+
atu HCO3, dan seberapa efisiennjal dan paru mengadakan kompetisi.
Mendiagnosis
Gangguan Keseimbangan H+
Ada tiga alasan mengapa gangguan ini
sering sukar didiagnosis. (1) Gangguan ini jarang timbul secara spontan. Hampir
selalu ada kondisi yang mendasarinya seperti adanya penyakit diabetes mellitus
atau emfisema, yang harus diketahui dahulu sebelum adakan intervensi terhadap
gangguan itu. (2) Manifestasi gangguan keseimbangan, primer sering tertutup
oleh manifestasi kompensasinya. Misalnya seorang yang bernapas cepat karena
gelisah dapat menimbulkan alkalosis respiratorik. Sebaliknya seorang bernapas
cepat sebagai akibat asidosis metabolik. Dalam hal terakhir ini hiperventilasi berfungsi sebagai reaksi
kompensasi terhadap bertambahnya asam metabolik di dalam tubuh. (3) Manifestasinya mungkin
minimal atau tidak ada untuk waktu lama saat mekanisme kompensasinya masih
berfungsi mencukupi.
Mekanisme
Pertahanan Terhadap gangguan keseimbangan H+
Apa saja garis pertahan utama
terhadap gangguan ini? Sistem buffer (sistem
HCO3 – H2CO3, buffer protein, buffer fosfat). Sistem pernapasan, paru mengeluarkan H2CO3
dalam bentuk CO2 dan H2O. Sistem pernapasan dapat
mengeluarkan lebih banyak H2CO3 dari tubuh dengan
bernapas lebih cepat dan dalam. Sebaliknya, H2CO3 ditahan
di dalam tubuh dengan memperlambat pernapasan. Sistem ginjal 1, karena tidak mudah mendiagnosis gangguan asam
basa, maka anda harus berpegangan pada hasil laboratorium berikut ini : a. pH darah, untuk mengetahui apakah ada
gangguan keseimbangan H+. Hasil yang diketahui hanya ada tidaknya
asidosis atau
alkalosis, tidak dapat menunjukkan jenis respiratori atau metabolik. pH darah normal adalah antara 7,35 dan 7,45. pH
> 3,45 berarti alkalosis. pH < 7,35 berarti asidosis. Perhatikan bahwa pH
itu normal bila kompensasi sempurna. b.PCO2,
tekanan CO2 normal (darah arteri) adalah 35-38 mmHg. PCO2
darah vena adalah 42-50 mmHg. Pco2 meningkat pada alkalosis metabolik dan menurun pada asidosis metabolik.
Tabel
1.2. Parameter darah pada ketidakseimbangan asam-basa
|
|||
Ketidakseimbangan
H+
|
Parameter
Darah
|
||
pH
|
PCO2
|
Kandungan
CO2
|
|
Asidosis
metabolik
tidak terkompensasi
Asidosis
metabolik
terkompensasi parsial
Alkalosis
metabolik
tidak terkompensasi
Alkalosis
metabolik terkompensasi parsial
Asidosis
respiratorik tidak terkompensasi
Asidosis
respatorik terkompensasi parsial
Alkalosis
respiratorik tidak terkompensasi
Alkalosis
respiratorik terkompensasi parsial
|
|
Normal
Normal
|
Normal
Normal
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar